Di Era digitalisasi dan teknologi yang serba canggih seperti sekarang ini menjadi tantangan terbesar bagi pembelajaran Bahasa Jawa. khususnya pembelajaran tentang kaidah membaca dan menulis Aksara Jawa, pada materi Aksara Rekan. Dari hasil observasi menunjukkan siswa masih mengalami kesulitan dalam hal mengidentifikasi kaidah penulisan empat paragraf Aksara Rekan. Apa yang menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi kaidah penulisan empat paragraf Aksara Rekan dalam sebuah wacana, sehingga berpengaruh pada motivasi dan hasil beajar siswa. Siswa sering mengeluh kalau mata pelajaran Bahasa Jawa itu sulit, apalagi menulis dan membaca Aksara Jawa. Hal tersebut disebabkan karena proses pembelajaran di kelas yang masih berpusat pada guru dimana pembelajaran yang dilakukan hanya dengan menyajikan materi pembelajaran melalui pemberian saja. Kegiatan belajar mengajar sebagai salah satu masalah rutin yang umumnya dilaksanakan guru di kelas, bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri akan tetapi terkait berbagai faktor dan unsur. Oleh karena itu eksistensi seorang guru tidak hanya diukur dari penguasaan materi pelajaran atau menyiapkan perangkat-perangkat media yang diperlukan akan tetapi juga kemampuan menciptakan kondisi belajar yang kondusif. Pembelajaran Bahasa Jawa diarahkan untuk mengajak siswa mencaritahu dan berbuat sehingga membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang materi yang dipelajari. Pembelajaran Aksara Rekan melibatkan siswa dalam mengatasi kesulitannya dengan bimbingan guru. Siswa mengajukan pertanyaan,siswa memecahkan permasalahan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya, merencanakan dan membuat keputusan, melakukan kegiatan diskusi kelompok, dan memperoleh penilaian yang transparan. Pembelajaran Bahasa jawa yang berpusat pada siswa dan menekankan pentingnya belajar aktif berarti mengubah persepsi tentang guru yang selalu memberikan informasi dan menjadi sumber pengetahuan bagi siswa.
Berdasarkan hasil refleksi dan observasi pembelajaran dalam mata pelajaran Bahasa Jawa kelas XI MIPA 5 SMAN 1 Tawangsari pada materi Aksara Rekan menunjukkan hasil yang belum maksimal. Hasil belajar siswa masih banyak yang di bawah tingkat ketuntasan belajar. Ini terjadi dikarenakan penggunaan model dan media yang belum mampu secara optimal menuntaskan materi tersebut. Penggunaan model dan media yang konvensional berupa ceramah dan tanpa penggunaan media yang variatif dianggap menjadi bagian dari permasalahan di atas. Sehingga saat proses pembelajaran berlangsung siswa lebih banyak diam menyimak penjelasan guru tanpa adanya interaksi antara guru dan siswa. Padahal pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan generasi penerus menjadi generasi yang memiliki kecakapan abad 21. Seseorang guru harus memiliki kemampuan dalam mengatur dan mendesain pembelajaran agar siswa memiliki kemampuan kecakapan abad 21. Perkembangann teknologi yang semakin pesat memberikan tantangan baru dalam dunia pendidikan, siswa akan lebih tertarik mempelajari ICT dibandingkan mempelajari materi pembelajaran lainnya. Dalam proses pembelajaran abad 21, Problem Based Learning merupakan model Pembelajaran yang dalam upaya mencapai proses pembelajaran banyak melibatkan aktifitas siswa secara langsung dalam memecahkan permasalahan yang dikemukakan oleh guru. Sehingga dengan demikian, diharapkan dapat meningkatkan antusiasme yang besar pada siswa selama proses pembelajaran berlangsung, dengan meningkatnya antusiasme maka hasil belajar siswa pun diharapkan dapat meningkat. Melihat kondisi di atas, maka diperlukan perbaikan pembelajaran dengan melaksanakan observasi dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Siswa dalam Mengidentifikasi Kaidah Penulisan Empat Paragraf Aksara Rekan pada Materi Aksara Rekan Melalui Model Problem Based Learning”.
Menurut (Yulianti dan Gunawan 2019) Metode Active Learning Metode Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang memfokuskan pada kegiatan pemecahan masalah yang bertujuan agar peserta didik lebih proaktif dalam mencari jawaban atas permasalahan yang diberikan oleh pendidik. Dimana dalam proses ini, pendidik lebih ditekankan sebagai fasilitator ataupun mediator yang bertugas membantu peserta didik dalam membangun pengetahuan secara aktif. Menurut (Rahmadani 2019) Model Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang berfokus pada peserta didik melalui pemberian masalah dari dunia nyata di awal pembelajaran. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) diangkat dari konsep bahwa peserta didik akan lebih mumpuni menggali kemampuan dalam belajar apabila dilibatkan secara aktif dalam memecahkan suatu permasalahan yang berkaitan dengan kehidupan nyata sehingga peserta didik mampu mencari, merencanakan serta mengaplikasikan ide-ide yang diperoleh dalam menganalisa dan memecahkan permasalahan.
Penerapan model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dilaksanakan dengan beberapa langkah diantaranya :
Kegiatan pendahuluan meliputi guru masuk kelas dan mengucapkan salam kepada siswa, untuk mengawali pembelajaran ada pembiasaan baik yaitu berdoa agar pembelajaran berjalan lancar, guru mengecek kehadiran siswa dengan melakukan presensi. Selanjutnya guru melakukan apersepsi dan mengajukan pertanyaan kepada siswa mengenai pembelajaran sebelumnya. Langkah selanjutnya guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
Kegiatan inti meliputi 5 langkah yang perlu diperhatikan dalam model Problem Based Learning (PBL) diantaranya:
- Orientasi siswa terhadap masalah: guru menjelaskan materi pembelajaran dengan Powerpoint sebagai penguatan materi.
- Mengorganisasi siswa : guru membagi kelompok diskusi, membagikan LKPD, siswa berdiskusi menganalisis permasalahan berdasarkan pertanyaan yang ada di LKPD.
- Membimbing penyelidikan: guru membimbing siswa dalam diskusi.
- Mengembangkan dan menyajikan hasil karya: setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan tanggapan.
- Menganalisis dan mengevaluasi proses: guru memberikan tanggapan setiap kelompok yang melakukan presentasi dan memberikan reward nilai.
Kegiatan penutup meliputi siswa melakukan refleksi serta menyimpulkan materi, evaluasi mandiri dan menjelaskan tindak lanjut tentang materi pertemuan selanjutnya dan pembelajaran diakhiri dengan berdoa.
Melalui model Problem Based Learning (PBL), dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam proses pembelajaran pada materi Aksara Rekan pada kelas XI MIPA 5 SMAN 1 Tawangsari dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik dalam mengidentifikasi kaidah penulisan empat paragraf Aksara Rekan. Sehingga model pembelajaran ini dapat menjadi salah satu alternatif pilihan model pembelajaran bagi guru guru yang lain yang ingin meningkatkan motivasi dan hasil belajar.
Endang Wiyatni
Guru Bahasa Jawa SMAN 1 Tawangsari Kabupaten Sukoharjo